Pages

Jumat, 24 Februari 2017

Mas Ganteng


Dear Mas Ganteng,

Waktu telah berganti, hari, tanggal, bulan, bahkan tahun telah berubah. Kisah juga sudah berubah. Kamu bukan lagi ketua BEM yang bisa aku temui dengan mudah. Tahun ini kamu akan skripsi bukan? Dan aku tidak tahu dimana kamu akan sembunyi dariku kali ini. Di perpustakaan? Di kelas-kelas kosong? Atau di kosmu yang hangat? Aku tidak tahu dimana aku bisa menemukanmu mas Ganteng.

Apa ini akhirnya mas? Akhir dari mengagumi dan menyukaimu diam-diam. Apakah tahun ini akan berakhir begitu saja? Apakah aku akan move on pada akhirnya? Apakah dengan aku tidak melihatmu lagi perasaan itu akan memudar?

Mungkin iya mas, tapi sekarang, aku sedang tersiksa dengan kenangan tentangmu. Aku tidak bisa melupakan mata sipitmu, kulit putihmu, aku tak bisa lupa tatapan cuekmu, aku tak bisa melupakan kemeja kotak-kotak yang selalu kau kenakan. Dan hujan membuat kenangan itu turun semakin deras. Seperti hujan yang tak bersahabat untuk berhenti dan membiarkanku melangkah, seperti itulah kenanganmu, tumpah dan menghalangi jalanku.

Ya mas Ganteng, sudah kucoba beratus cara agar aku sadar jika aku tak pantas bahkan hanya untuk mengharapkanmu. Tapi aku bisa apa mas, perasaan ini terlanjur menggila padamu, pada cowok Bandung yang tiba-tiba muncul di hidupku. Aku tak boleh mengeluh jika kamu akhirnya menemukan panasea yang meluruhkan lelah di tubuhmu. Aku tak bisa boleh marah, tapi tetap saja itu sakit mas.

Panasea itu seakan menguatkan keharusanku untuk move on darimu. Mungkin sebelum bulan pertama di tahun baru ini berakhir aku harus benar-benar menghilangkan kamu dari hatiku. Walaupun aku tidak tahu bagaimana caranya aku menghilangkan sesuatu yang sudah berkerak cukup lama. Sebenarnya kadang aku ingin bertanya, apa gunanya Tuhan mengirimkan perasaan ini jika akhirnya harus di akhiri dan dilupakan dan dikantongi dalam sebuah CD kenangan? Apa yang aku dapatkan? Aku mencoba mengingatnya dan dalam potongannya aku mengingatnya ada beberapa. Tapi apa gunanya jika pada akhirnya aku akan melupakan semuanya dan membuka kertas yang baru?

Aku selalu bilang aku akan berhenti di sini saja setiap suka dengan seseorang, tapi....kenyataannya aku selalu lari lagi, selalu berpindah lagi, ya seperti inilah akhir cerita ini mas, nyatanya aku tidak berhenti di hatimu saja dan luruh dalam dekapanmu. Nyantanya pintu hatimu sudah tertutup dimiliki oleh panaseamu. Ya, sejak awal memang aku tidak pantas berharap kamu akan aku miliki bukan?

Mas Ganteng, aku masih sering bermimpi tentang kamu, mungkin karena rasa kangen yang semakin menjadi. Ya mas ganteng, aku masih merindukanmu. Apakah rindu punya batas waktu mas? Apakah rindu ini pada akhirnya akan kadaluarsa karena aku tidak akan bertemu kamu dan sembuh dengan sendirinya. Aku tidak mengira cerita ini akan berakhir dengan tragis seperti kisah-kisah lainnya. Tapi aku harap kenanganmu tak akan hancur dan tetap bisa aku simpan supaya aku bisa memutarnya suatu hari dan aku ceritakan pada orang-orang seusiaku hari ini biar jadi pelajaran, bahwa cinta tak harus dikatakan, tak harus diungkapkan, cukup dirasakan, cukup dinikmati hanya dengan melihatmu setiap satu minggu sekali, merasakan debar hati sendirian dan membawanya pulang untuk dijadikan amunisi semangat untuk satu minggu ke depan. Ya, cukup cinta sesederhana itu, tak perlu harus mendapatkanmu, tak perlu harus bisa menggenggam tangamu, tak harus duduk berdua bersamamu menghabiskan malam, cukup hanya melihatmu 5 menit saja, cukup itu saja.

Setidaknya aku harus berterimakasih padamu bukan? Karena telah mengijinkan aku untuk bisa melihatmu selama satu tahun setengah ini, dan sudah menjadi penyemangatku tanpa kamu sadari. Aku tidak tahu apakah aku akan menemukan orang sepertimu lagi. Mungkin aku akan menggunakan sisa semangatmu yang masih tersimpan karena suatu hari nanti aku ingin menjabat tanganmu dan benar-benar berucap terima kasih karena sepenggal semangat darimu.

Ya mas, kisah memang harus punya endingnya, dan ini endingnya. Aku harap skripsimu lancar, lulus tepat waktu, dan langsung dapat pekerjaaan di tempat yang kamu ingini. Semoga hidupmu penuh dengan kebahagiaan. Terima kasih sekali lagi.



Dari

Pengagumu yang menggila

Tulisan ini seharusnya sudah dipublis bulan januari yang lalu. Tapi entah kenapa bulan februari ini lebih cocok, karena cerita memang sudah berada pada titik klimaksnya. Sampai jumpa, kenangan akan tetap menjadi kenangan, dan akan saya coba untuk tersenyum ketika membuka lembaran kenagan itu lagi. Selamat tinggal, semoga bahagia.

2 komentar: