Pages

Rabu, 27 Juli 2016

TELAH DICURI



Kertas kusut itu terlempar begitu saja dari tangan Agis. Kertas tak bersalah itu melayang dan mendarat bersama tumpukan kertas lainnya di atas keranjang sampah. Kertas tak bersalah itu ternyata tidak sendirian, dia hanya salah satu dari formasi menggunung tulisan  Agis yang tidak srek di hatinya.
“Hei, Agis kenapa kamu membuang kertas-kertas ini?” tanya Gina. Gadis berperawakan agak gemuk, penggila jajanan pasar, dan pecinta lingkungan itu memungut dengan nelangsa kertas yang telah disia-siakan Agis.
“Kamu tahu Gis, untuk membuat kertas-kertas ini satu pohon harus dikorbankan, dan kamu tahu Gis?”
“Aku tahu Gin, kamu mau bilang satu pohon yang hilang juga menghilangkan satu kesempatan penghasil oksigen di bumi kita.”
“Kamu tahu itu Gis, tapi mengapa kamu masih saja membuang kertas-kertas ini?”
Agis menarik nafas panjang, tidak menjawab pertanyaan Gina. Agis memilih untuk menatap keluar jendela kamarnya, menatap langit biru yang sesekali dinodai awan putih.
“Gis, kamu ngelamun?”
Agis menatap Gina dengan malas. “Ada yang hilang Gin,” katanya kemudian.
“Hilang? Kamu kehilangan apa Gis? Apa itu penting?” tanya Gina khawatir.
“Sangat penting, sesuatu yang amat penting.”
“Ya ampun Agis, mengapa kamu bisa seceroboh itu?”
Agis diam.
“Kalau itu penting ayo kita cari Gis, sebelum semuanya terlambat,” usul Gina dengan semangat.
Agis bertopang dagu, menatap Gina yang mulai mengkhawatirkan kehilangan yang dialami Agis.
“Aku tidak tahu apa yang hilang Gin, tapi aku merasa ada yang hilang. Sesuatu yang penting, sesuatu yang berwarna, sesuatu yang manis, tapi aku tidak tahu dia apa atau dia siapa. Aku hanya merasa kehilangan sesuatu dan aku tidak bisa tenang, bahkan hanya untuk menulis.”
Gina memandangnya dengan tatapan tidak percaya.
“Jadi aku minta maaf padamu karena membuatmu menjadi kehilangan pohon kesayanganmu dan membuangnya dengan percuma. Aku tahu bagaimana perasaanmu kehilangan mereka, tapi setidaknya kamu tahu apa yang telah dicuri darimu.”

Rabu, 20 Juli 2016

SEMUANYA TENTANG KAMU



Pada gelapnya mendung yang kini bergelantung malas turun, aku ceritakan tentang kamu. Iya tentang kamu, tentang siapa lagi aku akan cerita jika bukan tentang kamu? Pelangi kecil yang muncul tiba-tiba lalu terburu pergi. Kau takut aku mengusirmu kala itu, ya pada akhirnya aku memang akan mengusirmu yang tidak tahu diri. Tidak tahu diri karena muncul tiba-tiba dan membuatku jatuh cinta. Padahal kau tahu aku begitu mudah untuk jatuh cinta. Mengapa engkau datang dan membuatku benar-benar jatuh. Oh, apakah kamu suka melihatku tersungkur di hadapanmu karena begitu menyukaimu?