Hai ini puisi buat kamu yang suka berpuisi
Hei, aku suka dengan puisimu
Aku suka kata yang kau petik dari banyak syair
dan kau ramu jadi satu
Hei, aku suka caramu ungkapkan perasaan lewat
syair-syair syahdu
Puisimu sedetik bikin jantungku berhenti berdetak
Kau tahu, puisi itu sangat indah
Ketika kamu bicara tentang langit, tentang
laut, tentang pantai, dan jutaan galaksi yang tersebar
Kalau sudah kubaca puisi rasanya tak ada hal
lain yang penting lagi di hidupku
Rasanya aku sudah sangat terpenuhi dengan
puisimu
Semua tulisan indahmu mengalihkan apapun dalam
hidupku untuk fokus ke kamu
Hei, kamu yang suka buat puisi
Rasanya puisi ini lebih seperti hujatan pada
akhirnya
Atau sejak awal ini bukan puisi
Karena setelah aku baca berulang tak ada rima
di dalamnya
Tak ada metafor yang mampu meluluhlantakkan
perasaan
Pun paduan kata dalam baris-baris ini sangat
berantakan
Sejak muncul kamu baris-baris kataku tak lagi
menyatu
Kata-katanya berlompatan seperti katak di
musim hujan
Mengejar kolam pemandian
Bersorak sendirian tak pedulian dan ah,
mungkin agak kampungan
Wah, jangan-jangan kau jadi ilfil setelah baca
puisi tak beraturan
Sayang aku tak tahu harus berkata lewat apa selain
puisi
Aku hanya bisa bicara lewat puisi tak
beraturan alias berantakan
Yah, untuk puisi ini memang terlalu panjang
Kalau begitu anggap saja ini sumpah serapah
Aku mau bilang padamu, puisimu sangat indah,
terlampau bagus kombinasi kata yang kau campur-campur itu
Kadang malah bikin perasaanku meledak
Sayang, tapi puisi tak bisa bikin kenyang,
kalau itu hanya tulisan hitam di atas putih atau malah di ketikan maya
Sayang, hidup tak hanya makan puisi, walau aku
tahu ada beberapa orang yang bisa beli nasi gegara puisi
Sayang, tapi tidak sembarang orang, tidak
semua orang
Sayang, kau sudah menawan tanpa kau tulis
berlembar-lembar puisi di kertas putihmu
Sayang, cobalah kau bergerak, melangkah, pada
hal-hal yang berbau uang
Ah sayang, apa aku terlihat materialistis
sekarang
Ah, pasti kau jadi ilfil beneran
Tapi benar sayang, kita tak bisa memakan
berlembar-lembar puisi di kertas putihmu
Aku lebih suka meloakkannya agar bisa jadi
kepingan receh yang bisa dibelanjakan
Yah sayang, ini hanya gerutuan wanita saja
Yang butuh kejelasan masa depan dan
kesejahteraan
Ku harap kau tak perlu marah dan menumpahkan
tinta di bajumu
Aku hanya wanita saja, yang melihat kerasnya
orangtua untuk membiayai hidup anaknya
Aku hanya wanita saja, yang tidak ingin jadi
pengemis di mata orang tuanya karena yang ada di rumahnya hanya berlembar
kertas puisi saja
Sayang, aku mencintaimu
Apakah kamu mencintaiku juga?
Ah tentu saja kau mengatakannya lewat berbait
puisimu
Tapi sayang aku butuh cara lainmu ungkapkan
sayang lewat kerja kerasmu sediakan nasi dan lauk pauk
Ah sudahlah mungkin aku benar-benar membuatmu
ilfil sekarang
Dan puisiku tak sebagus puisimu yang bisa
meluluhkan hati
Puisiku lebih mirip angin ribut yang dijejali
beribu belati
Menusukmu tepat di pusat hati
Sayang, aku mencintaimu, pun mencintai
puisimu, hanya saja sayang bisakah kau lakukan hal lain selain menulis puisi
dan menulis puisi
Yah sayang, mari bekerja lalu bertukar puisi
di malam-malam gelap penuh awan, mari bikin puisi bangunkan bulan yang
akhir-akhir ini tak lagi terang
Selamat sore sayang, maaf bikin hatimu patah dan marah
I LOVE YOU
Pacitan, 1 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar