Pages

Sabtu, 01 April 2017

Berusaha tetap baik-baik saja ketika hati terluka itu tidak mudah. Berusaha tetap tersenyum ketika menangis itu menyakitkan. Berusaha tegar saat rapuh itu melelahkan. Rasanya sesak, seperti udara di tenggorokan tersumbat berjuta-juta kapas. Ingin menumpahkan kepingan-kepingan air dari mata tapi berasa malu saking seringnya. Tapi ini sakit dan aku mesti tersenyum di depanmu lagi. Pertanyaannya apa aku sebegitu mengecewakannya sehingga luka selalu kau gores ketika kita bertatap muka. Apa kau pikir aku manusia tanpa rasa? Aku hanya  manusia biasa yang punya batas akhir pertahanan diri dan pada titik ini aku mulai lelah berkata baik-baik saja. Aku masih berusaha untuk tersenyum dan bilang baik-baik saja. Aku harap Tuhan memberikan akhir yang bahagia dari luka yang kau buat hari demi hari menganga. Aku yakin di langit sana Tuhan punya rencana meski kau berulang kali menjegalnya dengan doamu yang jauh lebih nyata. Tapi yang aku tahu Tuhan tak pernah tidur bahkan sedetikpun. Tuhan masih ada menyokong pundakku yang mulai lelah menangani sikapmu. Pada ujung cerita ini aku hanya ingin meminta untuk diberikan akhir yang baik, akhir yang bisa membuat aku dan orang-orang baik tersenyum, akhir yang akan membuat lembaran lebih bersih dan putih tanpa goresan pisau yang terselip di ketiakmu. Ya, silahkan tidur dulu, pun aku juga lelah sekarang dan ingin rebah untuk sesaat, bermimpi tentang sebuah hari yang ceria, penuh tawa, dan tak ada orang-orang pembawa pisau pembunuh, penikmat darah kesakitan yang perlu aku kaburi. Selamat malam, semoga aku bisa mimpi indah, dan ketika bangun hidupku akan tetap indah tanpa pisau di balik tanganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar