Pages

Minggu, 26 Februari 2017

Hey, Kamu harus Tanggung Jawab

Hey, kamu harus tanggung jawab. Kopimu semalam bikin mataku tak bisa terpejam. Hey, kamu harus tanggung jawab, sebab kopimu bikin dadaku jadi berdetak sangat kencang. Hey, kamu harus tanggung jawab, degup jantung ini membuat otakku jadi bias. Banyak hal kecil yang tiba-tiba jadi berantakan karena kopimu menari-nari di ujung mataku. Hey, kamu harus tanggung jawab, asap-asap rokok itu merembesi hatiku. Hey, kamu harus tanggung jawab, tanganku jadi dingin karena asapmu. Hey, kamu harus tanggung jawab, kopimu bikin aku kenyang lupa makan. Hey, kamu harus tanggung jawab, pikiranku jadi kacau sekarang. Ada pikiran-pikiran aneh gara-gara kafeinmu. Hey, kamu harus tanggung jawab, jelaskan dengan jelas biar aku tak jadi seorang imajiner yang berpikir tak tahu arah. Hey, kamu harus tanggung jawab pada sihir yang tiba-tiba kau lemparkan lewat hangat gelas kopimu. Hey, kamu harus tanggung jawab dengan semua ini. Aku butuh penjelasan sekarang juga.

Jumat, 24 Februari 2017

Mas Ganteng


Dear Mas Ganteng,

Waktu telah berganti, hari, tanggal, bulan, bahkan tahun telah berubah. Kisah juga sudah berubah. Kamu bukan lagi ketua BEM yang bisa aku temui dengan mudah. Tahun ini kamu akan skripsi bukan? Dan aku tidak tahu dimana kamu akan sembunyi dariku kali ini. Di perpustakaan? Di kelas-kelas kosong? Atau di kosmu yang hangat? Aku tidak tahu dimana aku bisa menemukanmu mas Ganteng.

Apa ini akhirnya mas? Akhir dari mengagumi dan menyukaimu diam-diam. Apakah tahun ini akan berakhir begitu saja? Apakah aku akan move on pada akhirnya? Apakah dengan aku tidak melihatmu lagi perasaan itu akan memudar?

Mungkin iya mas, tapi sekarang, aku sedang tersiksa dengan kenangan tentangmu. Aku tidak bisa melupakan mata sipitmu, kulit putihmu, aku tak bisa lupa tatapan cuekmu, aku tak bisa melupakan kemeja kotak-kotak yang selalu kau kenakan. Dan hujan membuat kenangan itu turun semakin deras. Seperti hujan yang tak bersahabat untuk berhenti dan membiarkanku melangkah, seperti itulah kenanganmu, tumpah dan menghalangi jalanku.

Ya mas Ganteng, sudah kucoba beratus cara agar aku sadar jika aku tak pantas bahkan hanya untuk mengharapkanmu. Tapi aku bisa apa mas, perasaan ini terlanjur menggila padamu, pada cowok Bandung yang tiba-tiba muncul di hidupku. Aku tak boleh mengeluh jika kamu akhirnya menemukan panasea yang meluruhkan lelah di tubuhmu. Aku tak bisa boleh marah, tapi tetap saja itu sakit mas.

Panasea itu seakan menguatkan keharusanku untuk move on darimu. Mungkin sebelum bulan pertama di tahun baru ini berakhir aku harus benar-benar menghilangkan kamu dari hatiku. Walaupun aku tidak tahu bagaimana caranya aku menghilangkan sesuatu yang sudah berkerak cukup lama. Sebenarnya kadang aku ingin bertanya, apa gunanya Tuhan mengirimkan perasaan ini jika akhirnya harus di akhiri dan dilupakan dan dikantongi dalam sebuah CD kenangan? Apa yang aku dapatkan? Aku mencoba mengingatnya dan dalam potongannya aku mengingatnya ada beberapa. Tapi apa gunanya jika pada akhirnya aku akan melupakan semuanya dan membuka kertas yang baru?

Aku selalu bilang aku akan berhenti di sini saja setiap suka dengan seseorang, tapi....kenyataannya aku selalu lari lagi, selalu berpindah lagi, ya seperti inilah akhir cerita ini mas, nyatanya aku tidak berhenti di hatimu saja dan luruh dalam dekapanmu. Nyantanya pintu hatimu sudah tertutup dimiliki oleh panaseamu. Ya, sejak awal memang aku tidak pantas berharap kamu akan aku miliki bukan?

Mas Ganteng, aku masih sering bermimpi tentang kamu, mungkin karena rasa kangen yang semakin menjadi. Ya mas ganteng, aku masih merindukanmu. Apakah rindu punya batas waktu mas? Apakah rindu ini pada akhirnya akan kadaluarsa karena aku tidak akan bertemu kamu dan sembuh dengan sendirinya. Aku tidak mengira cerita ini akan berakhir dengan tragis seperti kisah-kisah lainnya. Tapi aku harap kenanganmu tak akan hancur dan tetap bisa aku simpan supaya aku bisa memutarnya suatu hari dan aku ceritakan pada orang-orang seusiaku hari ini biar jadi pelajaran, bahwa cinta tak harus dikatakan, tak harus diungkapkan, cukup dirasakan, cukup dinikmati hanya dengan melihatmu setiap satu minggu sekali, merasakan debar hati sendirian dan membawanya pulang untuk dijadikan amunisi semangat untuk satu minggu ke depan. Ya, cukup cinta sesederhana itu, tak perlu harus mendapatkanmu, tak perlu harus bisa menggenggam tangamu, tak harus duduk berdua bersamamu menghabiskan malam, cukup hanya melihatmu 5 menit saja, cukup itu saja.

Setidaknya aku harus berterimakasih padamu bukan? Karena telah mengijinkan aku untuk bisa melihatmu selama satu tahun setengah ini, dan sudah menjadi penyemangatku tanpa kamu sadari. Aku tidak tahu apakah aku akan menemukan orang sepertimu lagi. Mungkin aku akan menggunakan sisa semangatmu yang masih tersimpan karena suatu hari nanti aku ingin menjabat tanganmu dan benar-benar berucap terima kasih karena sepenggal semangat darimu.

Ya mas, kisah memang harus punya endingnya, dan ini endingnya. Aku harap skripsimu lancar, lulus tepat waktu, dan langsung dapat pekerjaaan di tempat yang kamu ingini. Semoga hidupmu penuh dengan kebahagiaan. Terima kasih sekali lagi.



Dari

Pengagumu yang menggila

Tulisan ini seharusnya sudah dipublis bulan januari yang lalu. Tapi entah kenapa bulan februari ini lebih cocok, karena cerita memang sudah berada pada titik klimaksnya. Sampai jumpa, kenangan akan tetap menjadi kenangan, dan akan saya coba untuk tersenyum ketika membuka lembaran kenagan itu lagi. Selamat tinggal, semoga bahagia.

Selasa, 14 Februari 2017

SEBUAH CERITA TENTANG MASA LALU: MAS MIZONE

Kata orang hari ini hari kasih sayang, terserah kamu mau ikut apa nggak pada statement ini. Di hari yang katanya spesial ini aku hanya ingin cerita tentang seseorang yang bisa kamu simpulkan sebagai sebuah cerita romansa, ya biar cocok dengan tema hari ini saja.
Apa kamu mencoba menebak siapa orangnya? Bukan, bukan, dia bukan orang yang bikin perasaanku jadi kacau akhir-akhir ini, dia adalah sosok masa lalu yang tiba-tiba siang tadi muncul di beranda instagramku.
Kamu bisa memanggilnya Mas Mizone. Ya panggil saja seperti itu, tak usah perlu tahu siapa nama aslinya, kupikir kamu juga toh tak akan mengenalnya di antara jutaan nama. Tetapi aku yakin kamu pasti akan ingat dengan nama panggilannya sejak hari ini.
Sebab aku memberi julukan itu sebenarnya cukup sederhana. Mas Mizone, dia adalah sosok yang aku pikir tidak pernah mengeluh untuk apapun, selalu bisa tersenyum dan memberikan stimulus senyum untuk orang-orang di sekelilingnya yang pada akhirnya membawa ingatanku pada sebuah minuman energi yang penuh dengan semangat.
"Mas Mizone, namanya mas Mizone," kataku ngotot pada temanku kala itu. Berasa nama itu akan cukup unik untuk menjadi koding kami untuk menyebut namanya yang tidak akan diketahui oleh orang lain.
Mas Mizone, jika aku memikirkannya sekarang, aku sangat ingin menertawakan diriku, bagaimana aku dulu begitu gila padanya. Begitu girangnya pas suatu waktu bisa berpapasan dengannya di lorong kampus, di parkiran, di kantin, ataupun di lapangan. Senyumnya yang selalu tercurah itu bisa menguapkan lelahku karena kelambatanku untuk beradaptasi dengan dunia perkampusan.
Ya, mungkin jika aku boleh berhiperbola tentang kehadirannya, Mas Mizone adalah salah satu penggerak semangat di dunia kampus yang kadang sangat individualis dan asing. Melihatnya aku seperti masih punya harapan bahwa ada kebaikan di dunia ini ketika kita bisa bersabar. Tanpa aku sadari aku mengambilnya untuk aku kagumi untuk aku ikuti walau dia bukan nabi.
Mas Mizone, pertama aku tahu dia pada acara camp di jurusanku. Tahun itu tepatnya di bulan september 2014 Mas Mizone jadi salah satu panitia yang ditugaskan untuk menghandel acara selama 3 hari tersebut. Mas Mizone memang bukan panitia di sie acara yang selalu berinteraksi dengan mahasiswa baru. Aku tak pernah tahu apa tugas utamanya di acara sambut mahasiswa baru tahun itu. Yang aku tahu siang itu dia bersama beberapa orang panitia lainnya di daulat menjadi pendamping outbound yang akan memandu kami untuk menjajal satu persatu kegiatan outbound. Tidak, tidak, jika kamu pikir dia yang jadi pendampingku kamu salah, Mas Mizone tidak menjadi pendamping timku waktu itu. Aku bahkan lupa siapa pendamping outbondku, tapi aku tidak lupa dengan orang yang punya gigi kelinci dan berkulit coklat hampir hitam itu. Dia menjadi pendamping tim lain yang jaraknya jauh dariku, namun sejak namanya di panggil, sejak dia maju di depan timnya, tiba-tiba ada kegirangan, kebahagian yang menyembul jadi puisi kebahagiaan.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya mungkin tak perlu aku jelaskan, akan terlalu banyak dan terlalu membosankan, tiap tempat di sudut kampusku seperti yang aku katakan di awal pernah jadi saksi bisuku ketika aku kegirangan bisa bertemu dengannya.
Mas Mizone ku, mungkin adalah salah satu dari alasan mengapa akhirnya aku dapat tersenyum meski lelah dan hancur, ketika melihatnya tersenyum bersama teman-temannya aku merasa juga ikut tersenyum. Keramahannya pada orang yang ditemuinya membuatku merasa bahwa aku juga akan dapat menyamai dirinya. Banyaknya teman-teman yang mengelilinginya menjadikan dia sebagai magnet. Aku bahagia, cukup bahagia hanya untuk menatapnya.
Mas Mizoneku juga yang mengilhami aku untuk ikut dalam organisasi-organisasi yang ada di kampus. Seperti Mas Mizone yang masuk pada kepengurusan himpunan mahasiswa jurusan aku juga berusaha untuk mendaftar di sana dan dapat membaui aroma perjuagannya ketika telah purna. Nyatanya aku gagal untuk menembus tempat Mas Mizone berkarya, aku malah masuk salah satu unit kegiatan menulis di tingkat fakultas. Tetapi setidaknya aku mewujudkan keinginanku untuk masuk dalam dunia keorganisasian bukan?
Mas Mizone, walaupun sudah berlalu, sudah lama aku lupakan nyatanya adalah salah satu inspirasiku, dia jadi fase dalam hidupku yang membawaku utnuk naik di tahap selanjutnya. Mas Mizoneku, dia adalah orang yang aku takut dia akan hilang, aku takut harus menghadapi hidupku tanpa bisa melihat senyumnya lagi karena studi mengharuskannya pergi mandiri. Walaupun nyatanya hari ini dia hilang, dulu aku benar-benar takut jika dia hilang. Aku sempat berpikir bagaimana aku melalui hidup jika akhirnya Mas Mizone pergi dari hidupku, walaupun hari ini aku tetap hidup tanpa dirinya.
Perpisahan itu pasti dan kenangan yang akan tetap tinggal. Aku sempat merasa kelu ketika tahu aku tak punya cukup waktu, dan Mas Mizone benar pergi, aku sendiri, menatap kampusku yang tak seramah dulu lagi. Tawa-tawa mas Mizone, sapanya pada setiap detil kampus, karya-karyanya, semangatnya jadi seperti hantu yang bergentayangan, menelisik diriku yang bawa tas keberatan, menaiki tangga penuh kesabaran.
Mas Mizoneku resmi hilangnya di September yang cerah ketika toga berhasil membungkus tubuhnya dan membebaskan dirinya dari hiruk pikuk tugas kuliah. Mas Mizoneku pergi dan aku harus membiarkannya pergi.
Sampai suatu detik siang lalu Mas Mizone seperti telah benar-benar telah kabur dari pikiranku. Aku tak pernah mengingatnya lagi, aku tak pernah stalking akun medsosnya seperti dulu lagi. Hanya saja siang itu fotonya muncul di beranda instagramku, kenangan itu pun jadi muncul di benakku.
Ya mas, nyatanya dulu aku hanya mahasiswa baru yang butuh banyak motivasi, butuh inspirasi. Senangnya aku pernah bertemu denganmu, sehingga aku punya puzzle untuk menyusun hidupku yang lain. Hey mas, aku tiba-tiba rindu tawamu yang biasanya menghias soreku. Aku harap senyummu masih tetap tersimpan, dan aku yakin tawa itu akan tetap tersimpan. Hey mas, selalu bahagia ya, bersama siapa saja, terima kasih pernah mengijinkan aku tertawa karenamu. Terima kasih sudah jadian bagian hidupku yang mengantarkan aku pada sebuah perubahan, sebuah langkah kaki yang detik ini tak tahu akan melangkah sejauh apalagi. Terima kasih telah menguatkan aku dilangkah pertama, menjadi pijakan awal yang membikin hidupku jadi lebih berwarna.
Mas Mizone, sekali lagi kamu semoga kamu selalu bahagia.

Senin, 13 Februari 2017

Apa ada istilah patah hati untuk orang yang tidak punya pasangan? Nyatanya ada dan orang itu adalah aku. Jangan tanya aku mengapa aku merasa seperti itu. Jika kamu membaca tulisanku kamu akan tahu tentang dia, siapa yang aku maksud. Ya, aku sangat sering menuliskan ceritanya di tempat ini untuk melepaskan bebanku, melepaskan semua harapanku yang tiba-tiba harus hancur lebur.
Aku berharap jika aku menuliskannya aku akan menghapusnya dari hatiku. Namun dia seakan-akan adalah sesuatu yang bisa kembali dengan mudah entah karena hatiku yang memang tanpa penghuni atau karena dia memang punya daya magic untuk menjebakku kembali untuk memikirkannya, untuk berharap padanya, untuk berkhayal suatu hari bisa ada di sampingnya untuk menemani hidupnya.
Nyatanya aku cuma dibumbui harapan dan ketika harapan itu sampai di puncaknya aku akan terjatuh, seperti menyusun piramida dari kertas ketika terkena tiupan kecil dan aku langsung hancur.
Nyatanya aku bangkit lagi, seperti menemukan harapan lagi, mengaguminya lagi, bahagia lagi, terbang tinggi lagi untuk menerima kenyataan harus terjatuh lagi.
Kamu tahu aku juga bosan dengan semua drama yang terjadi pada hidupku, sering aku berucap aku akan dapat lepas dari semua pengaruhnya, semua imaji yang ditancapkan di hatiku. Tetapi entah karena aku memang tak punya niat kuat untuk melupakannya atau pengaruhnya yang terlalu kuat untuk hidupku aku masih saja dapat merasakan perasaan suka itu, selalu mengejarnya, selalu mengharap bahwa dia akan menatapku suatu saat nanti. Di tengah semua ini aku sudah teramat sangat lelah merasakannya dan aku hanya bisa bilang di sini.
Bisakah kamu mengerti? Aku hanya ingin hidup yang normal, perempuan yang merasa dicintai dan mencintai, bukan menjadi perempuan agresif yang mengejarnya. Aku hanya ingin hidup yang normal, perempuan yang diperjuangkan, atau paling tidak saling berjuang, bukan berjuang sendirian. Aku hanya ingin hidup yang normal, namun aku bertemu dengan dia dan hidupku jadi kehilangan kenormalannya. Aku tidak tahu apakah dia sudah mengetahui kondisiku, kegilaanku, obsesiku padanya yang ingin mendapatkannya. Yang aku tahu aku berulang kali gagal untuk membuatnya menatapku.
Hey, bisakah kau sampaikan padanya, minta dia sadarkan aku untuk tidak mengejarnya lagi, minta dia untuk menamparku sekalian biar aku membencinya sekalian. Kamu tahu ini sangat berat, tapi aku tidak dapat menghentikannya. Aku tidak tahu apa karena ini puncak dari berakhirnya sebuah skenario, atau apa aku merasa sangat sakit di waktu ini. Aku hanya ingin hilang dan merasa tak pernah mengenalnya sehingga hidupku akan normal-normal saja tidak berantakan. Ini rumit, ini sulit, dan keadaan ini memperkeruh hatiku untuk dapat berpikir jernih. Aku tidak tahu apa yang mesti aku lalukan, tak tahu harus menentukan pilihan apa yang mesti kubuat. Aku sedang terpuruk dalam badai pikiranku sendiri yang tidak dapat aku kendalikan hanya tinggal menunggu badai itu jadi hujan yang jatuh di pipiku. Nyatanya aku memang bukan orang yang kuat kan? Aku juga akan luruh jadi kepingan air jika sudah tak sanggup menghadapi perasaan tanpa balasan ini. Dan perasaan ini makin gila, semakin banyak kata yang tertuang dalam tulisan ini aku merasa benar-benar hancur dan kesakitan. Sampaikan padanya untuk menghentikan aku sekarang juga.

Minggu, 12 Februari 2017

Kata orang aku pemilih. Kataku aku malah tidak pernah memilih.
Kata orang aku tidak membuka hati. Kataku aku sudah membukanya dari dulu
Kata orang aku tidak peka. Kataku mereka benar juga

Selasa, 07 Februari 2017

TERUNTUK SAHABAT

Teruntuk sahabat,
Ada waktu yang bikin kita tak bisa bersama, ada perihal yang akhirnya bikin genggamanmu lepas dari tanganku. Bukan, bukan aku marah karena itu, aku malah prihatin padamu. Maafkan aku karena tanganku tak cukup kuat mempertahankan keberadaanmu untuk ada di sisiku saja.
Sahabat, kamu pasti menyaksikan waktu berlalu, kamu berpikir mungkin aku banyak berpaling, aku pikir ini caraku biar kamu bisa terbang bebas dan membuka tabirmu sendiri, tidak harus terkungkung dengan pola pikir dan cara hidupku yang sering absurd. Seharusnya aku bisa menyelaraskan pikirku denganmu, bisa mengerti keinginanmu, tapi aku malah memilih untuk bungkam dan membiarkan kamu bertemu orang-orang yang tahu inginmu.
Sahabat, aku tahu ada beberapa orang baik di sekelilingmu, ada banyak orang yang akan membuat hidupmu jadi jauh lebih baik dari hari sekarang. Tapi sepintas aku juga melihat ada orang yang kurang baik dan berpotensi menyakitimu. Aku hanya melihatnya sepintas jadi jangan kau minta aku memperjelas, aku tak tahu siapa dia dan jikapun aku menyebut nama belum tentu benar adanya. Ini cuma sekedar perasaan, intuisi walaupun yah ada sedikit dasar.
Sahabat setidaknya engkau hari ini masih punya selera sama dengannya, aku harap sampai akhirpun akan tetap seperti itu, karena orang bisa berubah jika pikiran dan keinginannya tak lagi sama. Aku tak ingin nanti kamu luka jika keadaan jadi rubah dan bubrah. Tetap seperti ini saja, tetap dalam ketidaktahuanmu. Kadang ketidaktahuanmu malah akan jadi penyelamatmu. Dan jangan tanya kenapa aku bicara soal ini, aku cuma terlalu sayang padamu, sayang yang hanya terlampir dari kata hati-hati. Sungguh, kamu orang baik dan orang baik sebaiknya tidak terluka.
Ya sudah sahabat, selamat menjalani harimu yang lain. Tetap tersenyum, tetap menjadi sama, tetap bahagia, dan tetaplah tidak tahu. Cukup aku yang mendoakanmu semoga harimu selalu baik-baik saja

Minggu, 05 Februari 2017

NO TITLE

Malamku pukul 10.40, mataku menatap layar tak berkedip hanya untuk menikmati garis-garis pahatan Tuhan yang dibekukan dalam gambar-gambar. Sebuah senyum lalu melengkung diujung bibirku, teringat bagaimana pertama kali aku jatuh hati.
Semakin aku menikmati tiap potongan gambar diammu batinku tertawa kecut betapa aku begitu jatuh tersungkur di hadapanmu, begitu aku telah jauh menggandaikan apa yang orang katakan harga diri hanya demi untuk menerima kalimat-kalimat, jawaban-jawaban pendek darimu.
Ini sebuah kegilaan yang jika bahasanya diperhalus mungkin bisa dikatakan cinta. Tapi aku lebih suka menganggapnya kegilaan saja, sebuah obsesi, sebuah khayalan untuk memiliki.
Malam semakin larut dan aku masih saja bermesraan dengan gambar diammu, mengganggap bahwa tatapan matamu itu memang kau desain hanya untuk menatapku menemani malamku yang tanpa kopi. Ah, buat apa aku butuh kopi, sedang kamu adalah kafein yang nyata untukku. Senyum bekumu itu sudah bisa mengaktifkan hormon bahagiaku yang akan mengaktifkan otakku untuk terus bekerja.
Semakin aku menatapmu di potret itu, khayalanku menanjak tinggi. Aku membayangkan kamu ada di sampingku menangkupkan penghangat tubuh di pundakku. Ya, malam ini begitu dingin untuk duduk sendirian dan menatap layar tak berkedip. Aku butuh baju tebal yang bisa mendekap tubuhku dan itu aku harap dari kamu.
Nyatanya, malam inipun aku tak tahu kamu dimana. Apa kamu lagi ngumpul dan ngopi-ngopi sama temanmu? Atau kamu lagi mengintimidasi laptop sepertiku yang kau sebut kegiatan produktif. Aku tidak tahu apa kamu begitu hangat di sana atau merasa dingin seperti yang aku rasakan saat ini. Aku tidak tahu apakah kamu menyeduh kopi kesukaanmu atau ada seseorang spesial yang menemanimu hingga kafein dari kopi idolamu tak lagi perlu.
Yang aku tahu aku sekarang rindu, tak bisa hanya melihat gambarmu di mayaku. Aku butuh untuk sekedar live melihat kamu. Tapi aku tak tahu lagi harus mencarimu dimana, aku tak tahu tempat nongkrong produktifmu dan racun rindu ini semakin lama semakin membunuhku.
Apa kamu bilang ini omong kosong? Aku juga ingin menganggap ini omong kosong seperti kamu, sayangnya aku tak bisa bohong pada diriku sendiri. Aku rindu, rindu, rindu, rindu. Aku harap rinduku akan sampai biar kamu mengerti aku rindu, rindu, dan rindu maka datanglah padaku pakai cara apapun biar aku tetap hidup dan menemukan penawarnya.