Bulan
memetik buah Bintang yang sedang berbuah, seperti maling dia memangkas habis
seluruh buah yang dimiliki Bintang. Lalu tiba-tiba Bintang muncul, kaget
melihat Bulan memasukkan buah-buah Bintang ke dalam karung.
“Apa
yang kau lakukan Bulan?”
Bulan
berbalik, antara malu karena tertangkap basah dan marah. “Aku juga menanamnya,
tak bolehkah aku memetiknya juga?” katanya dengan nada menantang.
“Tapi
bukannya kita sudah punya perjanjian untuk memetiknya setelah semuanya telah
siap?”
“Bintang,
aku tak peduli lagi dengan janji kita, lagian aku sudah muak tinggal bersamamu,
aku mau pergi dengan buah-buah ini. Dan ingat Bintang,” Bulan mengacungkan
tangannya ke arah Bulan “aku ikut menanam buah-buah ini jadi kau tidak bisa
mengatakan aku pencuri, aku hanya mengambil bagianku saja.”
“Bulan,
kalaupun kamu mau mengambil seluruhnya untukmu, aku tidak mengapa, aku bisa
menanamnya kembali, aku hanya ingin tahu kenapa kamu memetiknya sekarang?”
“Bintang,Bintang,
kamu ini bodoh apa gila? Kamu mau menyerahkan semuanya untukku, hahahaha, aku
tidak percaya Bintang,” kata Bulan.
“Aku
sungguh-sungguh Bulan,” kata Bintang.
“Terserahlah,
aku tak mau mempercayaimu, yang jelas aku lelah bersamamu, kau tahu selama aku
bersamamu, aku hanya menjadi bayang-bayangmu. Kamu tahu Bintang, aku marah jika
tiap hari orang-orang selalu memujimu, memuji ladangmu yang gembur, memuji
tanamanmu yang hijau, memuji panenmu yang melimpah ruah, aku benci dengan semua
itu Bintang. Aku ingin mengatakan pada mereka bahwa aku juga ikut andil dalam
lestarinya ladangmu. Tapi kamu tak merasa, dan mereka juga tak mau membuka
mata. Jadi Bintang, biarkan aku pergi.”
“Bulan,
jangan tinggalkan aku,” Bintang menggenggam tangan Bulan erat. Bulan pun dengan
lengan kokohnya menepis tangan Bintang.
“Aku
mohon tetaplah tinggal Bulan,” pinta Bintang. “Akan aku katakan pada semuanya
bahwa kamu juga ikut dalam mengolah ladang kita, akan kukatakan bahwa kamu juga
ada di sana.”
“Percuma
Bintang, bicaramu saat ini sudah tak ada lagi guna, aku juga bukanlah orang
yang akan memohon untuk diakui, aku hanya ingin pergi, darimu,” Bulan memandang
Bintang dan berlari pergi.
“Bulan
kembalilah, maafkan aku jika kamu merasa seperti itu. Kalau kau tahu aku tak
peduli dengan perkataan orang-orang itu, aku pikir kamu juga merasa mendapat
pujian itu. Bulan aku mohon kembalilah.”
Bulan
hilang dari pandangan Bintang.
“Kamu
lihat Bintang, aku akan lebih bersinar dibandingkan kamu mulai sekarang,” kata Bulan
sambil memandang keramaian yang ada di depannya.
Sejak
saat itu Bulan bekerja keras, sendirian, untuk menjadikan dirinya terang.
Sedangkan Bintang meninggalkan ladang dan kampungnya untuk mencari Bulan. Jika Bulan,
bekerja keras untuk bisa diakui di tempatnya, Bintang dengan sendirinya dapat
bersinar di tempat yang ia singgahi. Namun, potongan tubuhnya selalu tertinggal
di tempat yang baru dia singgahi.
Bintang
sudah menjelajah banyak tempat untuk menemukan Bulan, dan semakin lama tubuhnya
mulai memudar. Suatu saat, ketika dia tak punya potongan tubuh yang banyak dia
mendengar kabar tentang keberadaan Bulan. Bulan ada di kota setelah kota yang
dia singgahi. Bintang sangat senang, dan dengan semangat dan air mata kerinduan
dia berlari menemui Bulan.
Saat
itu, Bintang sudah sampai di tempat Bulan, Bulan sedang dikerumuni orang
banyak, namun Bintang bisa melihat Bulan yang merasa kesepian. Bintang ingin
memanggil dan berlari untuk memeluknya. Namun, kota terakhir yang dilalui sudah
mengikis habis potongan tubuhnya, Bintang tak bisa pergi ke kota Bulan. Bintang
sangat sedih, padahal dia sudah menunggu lama untuk jujur pada Bulan, bahwa Bintang
sangat menyayangi Bulan. Tangisan Bulan terdengar oleh semua potongan tubuhnya
yang tersebar di banyak kota. Potongan tubuh itu pun ikut menangis bersama Bintang.
Jadinya Bintang dan potongan tubuhnya hanya bisa melihat Bulan dari tempatnya
masing-masing. “Setidaknya kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan Bulan,”
kata Bintang yang sudah ikhlas dengan kehidupanya sekarang. “Kamu harus tahu Bulan,
walaupun kamu jauh dari aku, aku akan selalu ada dekat denganmu, selalu dekat
denganmu,”
Bulan,
di kotanya sedang merenung sendirian, “aku merindukanmu Bintang, terang
sendirian awalnya memang menyenangkan tapi aku lebih senang jika setidaknya ada
kamu di sini. Kira-kira di sana kamu sedang apa Bintang?