Pages

Kamis, 06 Februari 2014

KETHING-KETHING (UPACARA NYAPIH BAYI DI PACITAN)

Kething-kething adalah salah satu upacara adat yang ada di Pacitan. Namun upacara ini mulai sulit untuk ditemui di kota seribu satu goa ini. Padahal upacara kething-kething ini mempunyai arti yang mendalam bagi bayi itu sendiri, orang tua, maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Oleh karena itu penulis ingin berbagi hal-hal seputar kething-kething atau nyapih ala Pacitan ini. Secara umum upacara nyapih adalah upacara yang menunjukkan bahwa bayi atau anak sudah berhenti menyusu dari ibunya. Biasanya bayi yang disapih ini berumur dua tahunan. Setelah sang ibu memastikan anaknya tidak akan menyusu lagi, keluarga akan mengadakan tasyakuran dan mengundang sanak saudara dan juga tetangga. Menu pada tasyakuran ini biasanya adalah satu buah tumpeng nyapih, satu buah tumpeng kelahiran yang dibubuhi sayur-sayuran yang dicampur dengan kelapa parut dengan bumbu rempah- rempah (orang Pacitan sering menyebutnya krawon), selain itu ada juga tiga sumpet memetri atau enam buah piring nasi dengan lauk-pauknya. Disamping itu tuan rumah juga menyediakan nasi, sayur mayur, dan lauk pauk sebagai tambahan makanan untuk disantap bersama.
Setelah keluarga mengadakan tasyakuran paginya bayi dimandikan dengan bunga oleh dukun pijat yang menanganinya dari lahir. Ini dimaksudkan agar bayi dijauhkan dari segala macam penyakit. Sehabis itu bayi dipakaikan baju dan dibedaki sebelum akhirnya bayi di taruh di atas tempat tidur yang digunakannya. Di sana telah tersedia beragam makanan dan juga beberapa peralatan sekolah dan peralatan berdandan. Makanan yang disediakan terdiri dari dua tampah yang masing-masing berisi makanan yang berbeda. Tampah pertama berisi kebo gerang, alu-alu, untir-untir dari ketan dan pisang raja dua lirang yang di atasnya ditutupi opak, tumpi, krecek dan kolong. Sedangkan tampah yang satunya berisi 2 piring nasi yang dibubuhi sayuran yang telah dicampur dengan kelapa parut, cabe, bawang, tempe busuk, dan udang. Di atas nasi biasanya akan ditaruh telur rebus dengan hiasan cabe merah, bawang putih, dan udang yang ditancapkan ke telur dengan lidi. Di tampah kedua ini juga ada tiga giling nasi dan empat rantang lauk-pauk yang terdiri dari srondeng, oseng tempe, oseng mie, dan balong gending (dada ayam dan ati rempela). Selain itu ada nasi yang ditaruh di atas nyaton dan segelas air untuk cuci tangan sebagai among-among.
Orang tua akan membiarkan bayinya berada di ruangan ini sendirian dan membiarkannya memilih barang yang dia sukai, seperti makanan, buku, cermin, sisir, ayam hidup, dll. Orang jawa percaya bahwa barang yang dipilih memiliki arti sendiri-sendiri untuk kehidupan bayi selanjutnya. Seperti jika seorang bayi memilih buku atau peralatan tulis maka mereka percaya bahwa anaknya kelak akan jadi orang yang pandai. Contoh lainnya jika sang anak memilih ayam maka setelah besar nanti anaknya akan menjadi peternak ayam yang sukses.
Terlepas dari kepercayaan tersebut ada begitu banyak makna yang dapat kita ambil dari upacara nyapih atau kething-kething ini. Upacara ini mengajarkan kita tentang arti kebersamaan antar sesama lewat acara tasyakuran ataupun harapan orang tua akan masa depan anaknya dari acara pilih memilih di tempat tidur tersebut. Intinya dari acara ini mereka dapat belajar untuk berbagi kebahagiaan untuk sesama. Ada baiknya upacara ini tetap dilanjutkan karena ini merupakan peninggalan dari nenek moyang kita dan salah satu bentuk kebudayaan yang membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar.

2 komentar:

  1. Akhirnya googling nemu kething kething ini, kalo di kampung saya ritual mandinya di gendong ke kali diiringi rebana (selawatan orang menyebutnya) ama dukun bayi, lalu dipakein baju baru digendong pulang, sampe rumah pertama di kasih ke orang tuanya lalu dikasih ke saudara2 yang lain, trus dikasih paha ayam, dan digendongin duit. Seinget saya itu #kangenmasakecil

    BalasHapus
  2. hehehe, tiap daerah biasanya memang beda-beda mbak wening. mbaknya dari daerah mana?

    BalasHapus