Pages

Jumat, 11 Maret 2016

Ibu dan Anak Parsel

Dosenku bilang "kalian itu harus banyak berpergian biar dapat banyak pengalaman" begitulah kalimatnya jika aku tidak salah mengutip. Kalaupun salah intinya sama beliau menyuruh kami untuk banyak berpergian.
Dan di sinilah aku sekarang, Lumajang. Di salah satu rumah teman satu kelasku kuliah, dina. Berkedok tugas kuliah aku bisa mengunjungi tempat yang sejak lahir tak pernah aku impikan. Bertemu orang baru dengan kebiasaan yang berbeda dengan orang yang dulu aku kenal dan untuk pertama kalinya aku melihat orang membuat parsel. Yah, mungkin kamu bilang tingkahku ini kampungan, tapi inilah aku.
Aku sangat kagum dengan Dina dan Ibunya yang dengan terampil menempatkan beraneka macam buah di atas keranjang, menyampirkan plastik elastis menutupi buah, merapikan, mensolasi hingga mempercantiknya dengan hiasan pita warna-warni.
Kapan lagi aku bertemu dengan hal semacam ini? Kapan lagi aku bertemu orang-orang baru dengan kebudayaan baru seperti ini? Dan sudah seharusnya aku bersyukur pada pencipta waktu dan ruang sehingga memberiku banyak pelajaran. Alhamdullilah.

Kata-kata dosenku yang menyuruhku berpergian memang bukan tanpa alasan. Tapi bukan berarti harus menghabiskan uang jutaan bukan? Sebelum berpergian aku tetap harus memikirkan tentang tujuan dan tentunya keuangan. And the last, selamat weekend ya, yang hari ini mulai libur :) :D

Sabtu, 05 Maret 2016

Senyun renyah hari hari itu (Dinmas)

Aku masih ingat benar hari itu, tanggal 13 Februari aku pertama kali sadar kalau kamu ada di dunia ini. Padahal setahuku kita memulai apa yang kita bangun bersama-sama, tapi baru hari itu aku baru tahu kalau kamu ada. Hari itu, aku hanya melihatmu yang mondar-mandir membawa kursi, membawa megaphone sambil lari-lari. Aku tahu wajahmu lelah namun tetap dalam bibir kau berikan senyuman.
Aku mulai penasaran tentangmu, orang manis yang tiba-tiba hadir. Aku bertanya "mengapa aku baru sekarang bisa mengetahuimu?" Akhirnya dengan susah payah kutemukan namamu di bisingnya orang yang berbisik tentang perbaikan sebuah acara. Aku merasa mengenalmu, walaupun hanya sekedar nama. Yang tidak aku sangka, ternyata namamu masuk dalam kontak sosmedku. Aku memang selalu terlambat untuk peka bukan?
Setelah acara itu kita berpisah. Mulai hari itu pikiranku selalu berisi tentangmu. Ya, tentang mata jail yang tersemat di wajahmu tentang kumis tipis yang melambai nakal di bawah hidungmu. Walaupun tentu saja yang paling aku suka senyum dan tawamu.
Kamu yang sederhana, seminggu penuh aku menunggu kemunculanmu di beranda sosmedku. Berharap hadirmu yang maya dapat menghibur rindu yang kini muncul. Ah, sepertinya aku kepincut dengan baju kotak-kotak hitam dan kaos abu-abu yang membingkaimu.

Sekali lagi orang baru, sekali lagi hadir lagi, sekali lagi aku kagum, sekali lagi mungkin dia akan menjungkirkan aku entah ke kebahagiaan atau rasa sakit. Yang aku tahu, dia orang baik, pekerja keras, sederhana, dan pantang menyerah. Mungkin aku perlu berucap terima kasih, karena postingannya menyadarkanku kalau hidupku masih belum optimal berguna, bahwa aku masih belum apa-apa dibandingkannya. Terimakasih untuk tawa renyahmu yang kini samar-samar. Semoga kita bisa bertemu dan menjadi sahabat suatu hari nanti.