Dear Mas Ganteng,
Waktu telah berganti, hari, tanggal,
bulan, bahkan tahun telah berubah. Kisah juga sudah berubah. Kamu bukan lagi
ketua BEM yang bisa aku temui dengan mudah. Tahun ini kamu akan skripsi bukan?
Dan aku tidak tahu dimana kamu akan sembunyi dariku kali ini. Di perpustakaan?
Di kelas-kelas kosong? Atau di kosmu yang hangat? Aku tidak tahu dimana aku
bisa menemukanmu mas Ganteng.
Apa ini akhirnya mas? Akhir dari
mengagumi dan menyukaimu diam-diam. Apakah tahun ini akan berakhir begitu saja?
Apakah aku akan move on pada akhirnya? Apakah dengan aku tidak melihatmu lagi
perasaan itu akan memudar?
Mungkin iya mas, tapi sekarang, aku
sedang tersiksa dengan kenangan tentangmu. Aku tidak bisa melupakan mata
sipitmu, kulit putihmu, aku tak bisa lupa tatapan cuekmu, aku tak bisa
melupakan kemeja kotak-kotak yang selalu kau kenakan. Dan hujan membuat
kenangan itu turun semakin deras. Seperti hujan yang tak bersahabat untuk
berhenti dan membiarkanku melangkah, seperti itulah kenanganmu, tumpah dan menghalangi
jalanku.
Ya mas Ganteng, sudah kucoba beratus
cara agar aku sadar jika aku tak pantas bahkan hanya untuk mengharapkanmu. Tapi
aku bisa apa mas, perasaan ini terlanjur menggila padamu, pada cowok Bandung
yang tiba-tiba muncul di hidupku. Aku tak boleh mengeluh jika kamu akhirnya
menemukan panasea yang meluruhkan lelah di tubuhmu. Aku tak bisa boleh marah,
tapi tetap saja itu sakit mas.
Panasea itu seakan menguatkan
keharusanku untuk move on darimu. Mungkin sebelum bulan pertama di tahun baru
ini berakhir aku harus benar-benar menghilangkan kamu dari hatiku. Walaupun aku
tidak tahu bagaimana caranya aku menghilangkan sesuatu yang sudah berkerak
cukup lama. Sebenarnya kadang aku ingin bertanya, apa gunanya Tuhan mengirimkan
perasaan ini jika akhirnya harus di akhiri dan dilupakan dan dikantongi dalam
sebuah CD kenangan? Apa yang aku dapatkan? Aku mencoba mengingatnya dan dalam
potongannya aku mengingatnya ada beberapa. Tapi apa gunanya jika pada akhirnya
aku akan melupakan semuanya dan membuka kertas yang baru?
Aku selalu bilang aku akan berhenti di
sini saja setiap suka dengan seseorang, tapi....kenyataannya aku selalu lari
lagi, selalu berpindah lagi, ya seperti inilah akhir cerita ini mas, nyatanya
aku tidak berhenti di hatimu saja dan luruh dalam dekapanmu. Nyantanya pintu
hatimu sudah tertutup dimiliki oleh panaseamu. Ya, sejak awal memang aku tidak
pantas berharap kamu akan aku miliki bukan?
Mas Ganteng, aku masih sering bermimpi
tentang kamu, mungkin karena rasa kangen yang semakin menjadi. Ya mas ganteng,
aku masih merindukanmu. Apakah rindu punya batas waktu mas? Apakah rindu ini
pada akhirnya akan kadaluarsa karena aku tidak akan bertemu kamu dan sembuh
dengan sendirinya. Aku tidak mengira cerita ini akan berakhir dengan tragis
seperti kisah-kisah lainnya. Tapi aku harap kenanganmu tak akan hancur dan
tetap bisa aku simpan supaya aku bisa memutarnya suatu hari dan aku ceritakan
pada orang-orang seusiaku hari ini biar jadi pelajaran, bahwa cinta tak harus
dikatakan, tak harus diungkapkan, cukup dirasakan, cukup dinikmati hanya dengan
melihatmu setiap satu minggu sekali, merasakan debar hati sendirian dan
membawanya pulang untuk dijadikan amunisi semangat untuk satu minggu ke depan.
Ya, cukup cinta sesederhana itu, tak perlu harus mendapatkanmu, tak perlu harus
bisa menggenggam tangamu, tak harus duduk berdua bersamamu menghabiskan malam,
cukup hanya melihatmu 5 menit saja, cukup itu saja.
Setidaknya aku harus berterimakasih
padamu bukan? Karena telah mengijinkan aku untuk bisa melihatmu selama satu tahun
setengah ini, dan sudah menjadi penyemangatku tanpa kamu sadari. Aku tidak tahu
apakah aku akan menemukan orang sepertimu lagi. Mungkin aku akan menggunakan
sisa semangatmu yang masih tersimpan karena suatu hari nanti aku ingin menjabat
tanganmu dan benar-benar berucap terima kasih karena sepenggal semangat darimu.
Ya mas, kisah memang harus punya
endingnya, dan ini endingnya. Aku harap skripsimu lancar, lulus tepat waktu,
dan langsung dapat pekerjaaan di tempat yang kamu ingini. Semoga hidupmu penuh
dengan kebahagiaan. Terima kasih sekali lagi.
Dari
Pengagumu yang menggila
Tulisan ini seharusnya sudah dipublis bulan januari yang lalu. Tapi entah kenapa bulan februari ini lebih cocok, karena cerita memang sudah berada pada titik klimaksnya. Sampai jumpa, kenangan akan tetap menjadi kenangan, dan akan saya coba untuk tersenyum ketika membuka lembaran kenagan itu lagi. Selamat tinggal, semoga bahagia.
Tulisan ini seharusnya sudah dipublis bulan januari yang lalu. Tapi entah kenapa bulan februari ini lebih cocok, karena cerita memang sudah berada pada titik klimaksnya. Sampai jumpa, kenangan akan tetap menjadi kenangan, dan akan saya coba untuk tersenyum ketika membuka lembaran kenagan itu lagi. Selamat tinggal, semoga bahagia.
Uhh.. Demisioner ketua BEM ...
BalasHapusPerlu di tag kah?
hahaha ojok mi, mesakke pacare
BalasHapus