Pages

Senin, 09 Oktober 2017

Suhuue, Ajari Aku Jatuh Cinta! (Ep 2)

Ue menopang dagu dengan kedua tangan. Pandangannya lurus menembus layar 14 inchi di depannya. kursor berbentuk vertikal di samping huruf times new roman terus berkedip, menunggu Ue kembali mengetikkan kata operasional tujuan pembelajaran.
"Serius amat Ue?" ganggu Neza.
"Apaan sih Nez? "
"Tumben amat lu serius banget?"
"Gimana nggak serius, besok gue simulasi ngajar dan gue belum persiapan apa apa."
Neza duduk di samping Ue, memakan cilok dengan lahap sambil ikut-ikutan menatap layar 14 inchi.
"Wahhhh, nyerah gue," teriak Ue yang sudah tak menemukan inspirasi lagi.
"Makanya Ue, jangan sibuk nyepik cowok terus, lupa kan harus bikin RPP," ceramah Neza.
"Nggak ada hubungannya sama cowok lah Nez, emang aku belum ada inspirasi aja," bela Ue.
"Nggak ada inspirasi atau inspirasi kamu semua hanya untuk nyepik cowok?"
"Nez," Ue menatap Neza serius.
"Apa?" tanya Neza, tusukan ciloknya menggantung di udara. "Please, berhenti ceramahin gue dan bantu gue ngerjain RPP aja ya!" Ue memasang wajah memelas. Neza meliriknya iba.
***
"Fiuhhhh, akhirnya selesai juga," Ue berjalan menuju kantin bersama Neza. "Untung ya, gue nggak ngulang Nez," senyum ceriah terpampang di wajahnya yang memerah kepanasan. Sesekali Ue mengibaskan jas almamater yang membungkus kemeja putihnya.
"Sebagai ucapan terima kasih atas jasa Neza yang telah memberi Ue inspirasi dan bantuan pembuatan media, maka diputuskan Ue akan mentraktir Neza jus," Ue memasang senyum Pepsodent.
"Beneran?" tanya Neza meyakinkan, "lu nggak bohong lagi kan? Dulu lu bilang mau traktir, eh giliran gue udah pesen banyak lu suruh gue bayar sendiri."
"Suwer, kali ini gue nggak bohong lagi," Ue memasang jari telunjuk dan jari tengah di depan mata Neza.
"Oke deh, gue coba percaya aja."
"Plakkk!!!!!" suara pukulan menggema dan tertangkap telinga Ue. Kaki mereka yang selangkah lagi masuk ke stand minuman terhenti begitu saja. Lima meter dari tempat mereka berdiri seorang perempuan mengenakan kerudung ungu terlihat pucat. Air merembes dari kelopak matanya yang memerah. Di depannya seorang lelaki berwajah arab berkulit gelap memegang pipinya. Lelaki itu melangkah mendekat, "maaf," serunya lirih dan pukulan kedua mendarat lagi di pipinya. Dia tidak berontak, tidak membalas dan hanya berseru maaf terus-terusan. Perempuan berkerudung ungu memandangi tangannya bergetar, isaknya luar biasa tak dapat dibendung. Beberapa menit kemudian dia menatap laki-laki arab di depannya dan tubuhnya langsung lunglai terbawa gravitasi.
Belum sempat menyentuh lantai lelaki arab berhasil menangkap tubuhnya.

Kantin berubah gaduh. Beberapa anak membopongnya ke ruang kesenian. Tempat paling dekat untuk membaringkan perempuan berkerudung ungu yang tak sadarkan diri. Beberapa lelaki sibuk menjauhkan lelaki arab dan menyuruhnya pergi. Ue dan Neza ikut-ikutan gaduh dan berlari untuk membantu perempuan berkerudung ungu.
"Ndin, lu kenapa?" tanya Ue pada perempuan berkerudung ungu yang terlihat berantakan di atas pangkuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar