Pages

Sabtu, 13 Agustus 2016

CINTA BOSA BASI

Waktu itu pukul satu, langit masih terang dan matahari masih punya tempat di atas sana. Kamu yang pakai sweater warna hijau tiba-tiba muncul begitu saja. Menggunakan helm vespa warna coklat kamu langsung memarkir motor beat merah putih di hadapanku. "Deg" satu detik saja, jantungku berhenti berdetak dan nafasku tertahan di tenggorakan. Kamu melangkah saja dengan sikap biasa, di depanku, membelakangiku, menjauh dan akhirnya menghilang di balik dinding bangunan.

Adegan itu menjelma de javu di hadapanku. Seperti kaset kusut yang diputar berulang kali, dengan adegan yang sama, dan ending yang sama, hanya saja tempat dan suasananya berbeda. Sama halnya dengan kejadian siang ini yang bertempat di salah satu halaman kampus yang separuh sepi. Kamu tak pernah menyapaku akupun juga tak berani menyapamu dan tidak akan pernah cukup untuk memiliki keberanian itu. Sampai kamu menghilang di sudut-sudut gedung atau ditelan sekumpulan orang.

Tapi, berbeda dari hari-hari yang lalu, hari ini aku tidak hanya bisa melihat punggung terakhirmu. Hari ini setelah kau menaruh ransel kesayanganmu, kau duduk di deretan kursi berjarak lima meter dari tempatku. Kamu duduk di sana, ngobrol, dan nyanyi sama teman-temanmu. Sedangkan aku.... kamu pasti tahu sendiri. Aku sibuk menata hatiku yang mulai berlompatan seperti kelinci, tak bisa kutangkap dan kupasang pada kotak-kotaknya sendiri.
"Ah, apa seperti ini rasanya orang jatuh hati?"
Aku tetap saja mengulang pertanyaan itu dalam hatiku setiap melihatmu. Aku masih tidak mengerti mengapa aku menyukaimu. Apakah karena mata sipit di wajahmu? Atau kulit putih tanpa noda yang menyelimuti tubuhmu? Lalu bagaimana jika semua itu hilang darimu. Jika matamu tak lagi sipit, dan kulitmu tak seindah yang aku lihat hari ini.
Aku bertanya-tanya lagi, "apakah benar ini jatuh hati?"
Aku mengetahui sosokmu sejak satu tahun yang lalu dan sampai sekarang aku hanya sampai pada tahap mengetahui, tidak memahami, atau melakukan aksi, apalagi analisis, sintesis, atau bahkan evaluasi. Sejak satu tahun lalu aku hanya berada di tempat yang sama dan tanpa kemajuan. Benar-benar siklus jatuh hati tanpa ujung bukan?
Dan hari ini kamu ada di sampingku (walaupun jauh), aku masih saja melihatmu yang semakin jernih di mataku. Lalu aku kabur, karena takut dengan perasaanku yang membumihanguskan pikiranku. Berasa ada sistem yang eror di kepalaku, semacam koslet karena dua kutub yang seharusnya tak bertemu tiba-tiba saja bersinggungan satu dengan yang lainnya, mengelupas oleh getaran yang dihasilkan organ pompa darah.

Entahlah kejadian itu seperti di ulang terus-terusan. Seakan ada yang memutarnya beratus kali agar aku mengerti. Tapi mengerti untuk apa? Untuk cinta yang tak harus dimiliki dan hanya bisa disimpan di dalam hati? Ah, bagiku itu hanya basa-basi. "Dan apakah jatuh hatiku juga cuma basa-basi?" tayaku pada pintu gedung yang menutup, basa-basi untuk mengetahui, basa-basi untuk memahami dan akhirnya bosan sendiri.

Aku masih mencarimu sore itu, berharap aku bisa mengembalikan memori yang dihapus konsleting otakku, tapi kamu tidak ada, dan kamu tetap jadi bosa-basi tak berujungku. Sekali lagi aku menatap pintu itu dan bertanya kamu ada di mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar