Pages

Selasa, 21 Maret 2017

Aku atau kamu (aku)

Di suatu senja berwarna orange kita bercakap pada masing-masing.  Kamu yang mikir terlalu emosional dan aku yang begitu realistis, cuek,  dan sedikit menyebalkan.
"kalo boleh aku ingin punya seseorang yang selalu bikin puisi saat senja,  romantis," katanya tersipu malu.
"romantis? Menurutku itu buang buang waktu saja, "
"kamu kikngitu sih, " emosionalmu mulai nampak.
"memang iya kan,  orang itu mesti menghabiskan menit menit berharganya untuk bisa bikin puisi.  Puisi itu bukan cuma kata kata kosong yang disusun jadi satu,  tapi sebuah paduan perasaan yang ingin dirangkai dengan kata kata singkat.  Puisi bukan hanya soal pilihan kata tapi makna,"
"kamu yang terlalu perfeksionis,  buatku kata kata biasa tak masalah,  jika cinta makna puisi juga akan nampak juga,"
"memang apa yang kau harapkan dari penenun puisi,  pun dia tak akan jadi berlembar lembar kain yang bisa dijahit lalu dijual, "
"kamu sendiri mengapa selalu menilai dari materi,  hidup tanpa seni tanpa puisi materi dimana ada arti? "
"kalau punya materi seni dan puisi pasti bisa dibeli, "
"mengapa kamu keras sekali,  puisi dan seni bisa dibeli.  Tapi rasanya untukmu,  kesepesialannya untukmu memang bisa dibeli?  Dia bikin karya seninkarya puisi untukmu cuma tlus karena hadiah materimu, pokoknya aku tetap akan cari penennun puisi itu yang tulus bikin berlembar lembar puisi untukku, kalo bisa sampai jadi baju yang menutupi tubuhku." katamu ngotot.  Aku menatapmu.  Lantas diam.  Langit orange berubah jadi kelabu.  Suara gemuruh adzan mulai didengar.  Sebentar kita jadi kabur masing masing,  tak tahu yang lebih dominan.  Aku atau kamu (aku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar